Kamis, 24 Mei 2012

MELASTI (Pantai Parangkusumo)

      Memotret/Foto sekarang ini memang sudah menjadi kegiatan wajib untuk sekedar mendokumantasikan sebuah peristiwa/acara/kegiatan. Perkembangan teknologi dan kamera pun semakin memanjakan pengguna baik amatir maupun pro.




         Hampir setiap teknologi komunikasi sekarang ini menyajikan audio-visual yang lebih interaktif. Tidak hanya dengan suara (audio), beberapa diantaranya sudah menyediakan layanan/aplikasi yang menampikan gambar/foto bahkan juga bisa berinteraksi langsung / 'bertatap muka langsung'.
        Sebagai seseorang yang mempunyai alat 'kamera' sebaiknya bisa menggunakannya sebagai mana mestinya. Yaitu dengan mengoptimalkan untuk memotret apa saja diinginkan. Karena gambar merupakan sebuah memory yang membatu memvisualkan kejadian yang pernah dialami/ingatan.
      Beberapa waktu lalu aku mengabadikan sebuah ritual keagaaman Hindu 'Melasti' di Pantai Parangkusmo, Bantul. nah..sebagai menyalurkan hobi aku pun momotret selayak para fotografer yang memang bekerja/mencari gambar.
      Pantai Parangkusumo yang terletak persis di sebelah barat Pantai Parangtritis ini memang mempunyai 'nilai' untuk ritual. Selain terdapat Cepuri, Pantai Parangkusumo memang sering menjadi tempat untuk ritual budaya, seperti labuhan Hondodento. 
     Larungan/Labuhan/Sedekah Laut memang menjadi prosesi yang banyak dilakukan beberapa upacara adat selain gunungan. 
        



       "Makna dari upacara Melasti adalah suatu proses pembersihan diri manusia, alam dan benda benda yang di anggap sakral untuk dapat suci kembali dengan melakukan sembahyang dan permohon kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa), lewat perantara air kehidupan (laut, danau, sungai ), dengan jalan dihayutkan agar segala kotoran tersebut hilang dan suci kembali. Upacara ini juga bertujuan memohon kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar Umat Hindu diberi kekuatan dalam melaksanakan rangkaian Hari Raya Nyepi."- sumber http://wisatadewata.com/article/adat-kebudayaan/upacara-melasti
























Di Delok Terusane (Enek Foto-Fotone Lho)...

Selasa, 03 April 2012

Untuk Bercerita 'FESTIVAL JENANG'

Mahasiswa : 
Status 'Di antara kewajiban kuliah dan kesenangan main & fotografi'

        Pagi itu senada dengan niatan untuk berangkat ke kampus, aku sebenarnya ingin mengabadikan moment Festival Jenang menyambut hari jadi kota Solo. Punya kesempatan 4 kali bolos per mata kuliah harus benar-benar dimanfaakan dengan bijak. Dengan berat hati aku akhirnya memutuskan untuk menuju kampus guna menunaikan kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Kebetulan sekali dosennya memberi kabar kalau akan datang terlambat. Tanpa pikir panjang aku memutuskan bolos kuliah, segera menuju kos guna mengambil kamera.

            Setiap orang selalu dihadapkan dalam beberapa pilihan dan di setiap pilihan itu pasti ada resikonya. Pilihlah apa yang paling diyakini. 

 































 
 




Di Delok Terusane (Enek Foto-Fotone Lho)...

Sabtu, 31 Maret 2012

Datang dan Pergi "Sunrise-Sunset"

       Setiap hari pasti ada siang-malam. Transisi sebelum bergantinya waktu selalu ditandai oleh datang dan perginya matahari.Walau tak setiap waktu terlihat indah, namun pergantian waktu itu menjadi acuan mahkluk hidup untuk melakukan aktifitas.

        Ragam warna yang dihasilkan oleh kilauan sinar memang selalu menarik untuk dilihat. Apalagi bagi penggemar fotografi 'pemandangan' landscape . Bahkan pernah setiap pagi aku berkunjung di tempat yang sama untuk mendapatkan gambar, karena keadaan pasti berbeda dan jarang menemukaan kesamaan (warna) ketika memotret.



          Berikut adalah beberapa gambar yang aku ceritakan. Sengaja ditampilkan dalam format portrait (hasil cropping), bahkan sebenarnya format gambar aslinya 'landscape'. Ingin menampilkan format berbeda saya, walaupun memang lebih senang foto dengan format landscape

SUNRISE :








SUNSET :



Di Delok Terusane (Enek Foto-Fotone Lho)...

Rabu, 07 Maret 2012

TOBACCO

petani tembakau lereng gunung Sumbing

             Temanggung terkenal dengan hasil tembakaunya. Aku diajak hunting di sebuah tempat "ladang" tembakau di lereng Gunung Sumbing, sebut saja Herka Yanis. 3 hari menengiap di rumah pak bayan (kadus) setempat.  Saat bulan puasa tahun kemarin, bertepatan dengan musing panen tembakau.

               Bayangkan saja, jika setelah menikmati santapan buka puasa, tiba-tiba datang 2 sosok manusia, 1 berambut gimbal dan 1 berambut gondrong minta tempat penginapan. Sunguh jadi aparat desa harus bernyali besar, kekekekekeke.Di dalam album ini ada beberapa foto dari boyolali dan wonolelo sebagai pelengkap saja, walau sekiranya masih kurang lengkap.

            Teringat dari kontroversi mengenai rokok dan dilemanya. Ternyata hamparan lahan di Temanggung, terutama lereng gunung, dipenuhi dengan tanaman tembakau. Tembakau kualitas super di hasilkan dari lereng tertinggi (Deles), untuk mencapainya aku harus nebeng pick-up yang mengangkut beberapa petani ke 'atas'. Tiap jelang pagi (subuh) di beberapa tempat (rumah), beberapa warga saling membantu untuk proses merajang tembakau hingga proses penjemuran. Ada alat manual "Gobang", ada juga mesin sebagai pengiris daun tembakau yang sudah 'matang". Menurut beberapa pengrajang, hasil manual lebih baik dari pada menggunakan mesin, dikarenan pisau yang digunakan harus kerap kali di asah.

       Kehidupan warga dengan budayanya memang sangat terasa, bahkan anak-anak di sana mengunakan bahasa 'krama' untuk berbincang-bincang antar teman bermain. Sungguh luar biasa adat di sana. Mayoritas bermata pencaharian sebagai petani dan dalam 3 tahun terakhir baru "tahun ini" menuai hasil panen tembakau yang maksimal. Kualitas tembakau sangat dipengaruhi oleh proses penjemurannya. Apabila panas matahari cukup, maka hasilnya akan maksimal. Katanya kualitas tembakau dinilai dari tingkat "keharumannya.



























Di Delok Terusane (Enek Foto-Fotone Lho)...
hostgator coupons