Selasa, 06 Maret 2012

CERITA SADJA

ANTAR KOTA :

          Di awal tahun 2012 aku berkunjung  di beberapa tempat di Indonesia. Walaupun tidak terlalu jauh, tapi sangat berkesan untuk menambah pengalaman dan sedikit wawasan tentang keberagaman di Indonesia. Cilacap, Jakarta, dan Cirebon merupakan daerah dengan budaya dan kebiasaan berbeda. Aku sendiri berasal dari bantul, Jogjakarta sementara sudah 2 tahun-an menempuh kuliah di Solo. Kesamaan kultur dari kehidupan kraton ‘mataram’ membuat perbedaan antara jogja dengan Solo sepertinya tidak ada. Mulai dari acara budaya, unggah-ungguh, walau pun memang ada perbedaan dibeberapa hal mengenai kepribadian masyarakatnya. Pada umumnya antar daerah pasti mempunyai ragam dan ciri khas sendiri, karena factor sejarah, geografis, dan berbagai norma / system social yang ada.

PENDIDIKAN

        Sistem pendidikan di Indonesia mengekang dan membatasi gerak-gerik siswanya. Pada saat mengenyam bangku SMA aku tidak terlalu tertarik, apalagi masuk jurusan social yang setiap hari hanya bertemu dengan teori-teori. Keinginan menjadi praktisi dengan masuk IT pun kandas. Ditambah lagi kegagalan masuk jurusan sains (IPA), ironisnya aku terjerumus karena nilai matematika dibawah ambang batas. Padahal kalau dilihat sejarahnya dari SD-SMP nilainya selalu berada di atas rata-rata. Hahh… sepertinya memang sudah takdir masuk jurusan yang sebenarnya sangat tidak disukai, aku tidak pandai dalam hal hafalan. Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Sejarah, B.Inggris pasti selalu ujian 2 kali. Setiap ada pengumuman remidi selalu nampang nomer 8. Ada kata yang saya ingat dari wali kelas pak Alwi saat pembagian raport kelas X (penjurusan) : “Kelak pasti akan bersyukur karena masuk jurusan (social) IPS”

ILMU KOMUNIKASI

       Satu-satunya jurusan kuliah yang ada dibenakku adalah Ilmu Komunikasi, tidak kurang dan tidak lebih. Di mulai dari acara perkenalan jurusan oleh alumni yang sudah menjadi mahasiswa. Pertanyaanku singkat saja, jurusan apa yang bisa dimasukin oleh anak sosial “yang” ada komputernya. Seorang mahasiswa UGM, Ilmu Komunikasi pun menjelaskan banyak hal.

STAN

kartu ujian
Berbondong-bondong informasi mengenai ikatan dinas pastinya membuat orang tua mendorong anaknya, setidaknya untuk berusaha. Apalagi harapan pertamaku melalui UM UGM telah pupus sudah. Hhhh.. banyak sudah teman-teman yang diterima melalui jalur PBU dan UM. Yang paling parah adanya seorang anak jurusan sains yang diterima di Ilmu Komunikasi UGM. Mengecilkan hati sekali. Ada dua tempat kursus yang aku ikuti dan aku ditinggalkan. Les di GO dan Les STAN di Jogja. Hanya beberapa kali hadir kemudian tidak pernah masuk lagi. Bukan karena malas, tetapi kalo diajarkan teori rasanya kepala sudah penuh.Antrean panjang memilukan. Bagi anda yang mengalami proses registrasi STAN pastinya sudah tahulah jumlah peminat dan lamanya proses pedaftaran ujian.

B.INGGRIS

     Sejak SMP-SMA kemampuan bahasa asingku sangat diragukan. Pernah 1 kali saat kelas X nomer presensiku tidak disebutkan di papan pengumuman remidi. Betapa gembiranya, akhirnya aku bisa mengikuti class-meeting  pertandingan bola basket. Namun ketika istirahat, salah satu peserta remidi b.inggris memberitahuku kalo gurunya kelewatan 1 murid tidak ditulis di papan pengumuman. Sontak aku langsung memakai baju putih abu-abu dan menemui guru b.inggris untuk mengambil soal remidi.
      Seperti halnya kejadian UM UGM dan STAN. Soal dan jawaban tidak mampu aku pahami, begitu mendapatkan soal dengan kalimat panjang serasa mental ini dibanting, dicacah-cacah, dan dibuang entah kemana, kalau sudah begitu jalan satu-satunya adalah pasang senyum kemudian menggambar bebas di lembar soal. Sialnya soal dikembalikan ke panitia, dengan tergesa-gesa pun menggunakan penghapus untuk menghilangkan coretan-coretan.

SAJAROTUN

      Lebih akrab di sapa dengan sejarah. Sesuatu yang sangat totalitas dalam hal hafalan. Merupan salah satu dari dua hal yang paling sukar, sejajar dengan b.Inggris. Dengan beberapa tambahan materi yang memaksa setiap insane mempelajari masalalu. Saat itu pengumuman hasil ujian sejarah pertengahan semester dan aku pun mendapatkan nilai terendah se-SMA dengan nilai 4. Bu Endang yang menjadi pengampu (guru) hanya bisa berkata “ga’papa….sejarah tidak jadi mata pelajaran yang di-UNAS-kan”. Walaupun dengan jargonnya “JASMERAH” tetap tidak bisa menjadikan fikiran ini mengingat semua hal, kejadian, tokoh, tempat, dan tanggal yang mempunyai nilai sejarah.

KUNCI MOTOR

         Satu hal, kebiasaan yang sangat merugikan. Aku seringkali kelihangan kunci motor di sekolah, dibawa pulang teman 2 kali dan hilang sampai berkali-kali. Akibatnya, motor kerenku beberapa kali menginap di parkiran sekolahan. Pernah aku menggandakan kunci hingga 3 buah; 1 ditinggal di rumah, 1 dijadikan kalung, dan 1 yang dipakai. Namun tetap saja pada akhirnya hilang satu per satu.
       Dengan gantungan panjang di kunci motor aku keluar kelas. Kunci tersebut aku putar-putar dan kibas-kibaskan. Terlalu asik ngobrol dengan teman menuju parkiran, aku baru sadar kalo kuncinya sudah tidak ada di tangan (Hilang). Kejadian berulang kali, jika ada sisa uang saku aku langsung menuju dokter kunci di dekat perempatan Gose. Jika tak ada sisa maka segera  melapor ke penjaga sekolah bahwa motornya ditinggal (dikarenakan kunci hilang) kemudian mencari tebengan (boncengan)

MATA MINUS DARI -0,25 MENJADI -1

       Duduk di bangku paling belakang. Kelas XI aku tergabung lagi dalam klub basket, walau pun bukan sebagai tim inti. Teringat sekali di tingkat SMP sempat mengenyam beberapa pertandingan bola basket.  Pertandingan pertama di lapangan indoor, pemain segera pemanasan dan menjajal lapangan. Sayang sekali sejak beberapa minggu lalu mataku minus. Hal tersebut mengaburkan pandangan pada ring basket yang berpapan transparan. Belum sempat mengalami pertandingan akhirnya aku mundur dari laga dan tak pernah latihan lagi. Aku ketagihan menggunakan kacamata, tanpanya mata ini seperti kamera yang out of focus.
        Diawali dari hari-hari yang tidak seperti biasanya. Aku sering keblandang, tidak bisa melihat dengan jelas tulisan-tulisan iklan di perjalanan. Setelah beberapa waktu akhirnya pergi ke optic dengan hasil minus 0,25. Sangat risih, memakai kacamata pertama kali, di kelas, di jalan, di mana pun harus memakai kacamata. Hari-hari berikutnya aku mulai megonsumsi makanan yang sering mebuat muntah “SAYURAN”. Terutama makanan bernama JUS WORTEL. Seminggu berlalu pandangan ini tiba-tiba tidak begitu jelas. Periksa lagi ke optic, pegawainya kaget bukan kepayang, mataku minus 1 (kanan) dan minus 1,25 (kiri). Hanya dalam waktu 1 minggu aku harus mengganti lensa dan mendapat peringatan keras dari optic untuk megurangi aktifitas membaca sambil tiduran/main computer. Padahal kala itu computer sudah lama rusak dan tak pernah rajin membaca, apa gerangan yang terjadi? Hanya Tuhan yang Tahu, karena semenjak itu minusnya tetap bertahan di angka -1 hingga -1,25.

MENGAYUH SEPEDA LISTRIK

pendaftaran SNMPTN

Hari itu trakhir kali jadwal ujian SENAMPTN berharap pada pihan ilmu komunikasi UGM dan UNS. Dengan agenda yang diujikan adalah pengetahun social, belajar buku latihan dan berharap bisa mengingat sebanyak-banyaknya sesuatu yang sangat tidak di pahami. Ujian akan digelar pukul 10.30 bertempat di UNY. Setidaknya aku lihat jam masih menunjukkan pukul 8 pagi. Perlengkapan sudah siap, motor sudah keluar kandang. Akan tetapi, kuncinya kok tidak ada. Hampir satu jam berkelimpangan mencari ke sana-ke sini namun tak ada hasil yang di dapat.
          Menengok sebuah sepeda listrik. Segera aku cek sisa batrei…ahhh tinggal 3 strip. Waktu terus berjalan dan kunci belum diketemukan. Tepat pukul 9 aku putuskan untuk bersepeda menuju pasar Bantul untuk memakai motor yang ada di sana (tempat jualan ibuku). Dengan menggunakan energy batrei segera meluncur dengan kecepatan 10-20/jam. Dengan segunung harapan aku mencari keberadaan sepeda motor. Badala… ternyata motornya dipakai ibu untuk mencarikan sekolah keponakan (anak pakdhe) wassalam…. Ketika pegawainya menanyakan maksud kedatangan apa…aku pun menjawab tidak ada apa-apa. Pikiran keruh, masih dengan beban pelajaran tersulit (IPS) dan membayangkan mengayuh sepeda listrik dari bantul ke UNY.
             Perkiraan jarak tempuh lumayan jauh dengan kondisi batrei minim, hanya mampu sampai pojok beteng kulon dengan energy batrei. Perlu diketaui bahwa sepeda istrik evergreen kalau dikayuh beratnya minta ampuuun. Dengan semangat seadanya, sambil melihat jam di tangan aku menuju tempat ujian.
               Melepaskan energy sebanyak-banyaknya. Belum sampai pojok beteng kondisi batrei sudah tinggal 1 strip. Dengan ter-engos-engos menuju tempat penentuan. Di perjalan melihat bebapa teman SMA sedang ngebut menuju tepat ujian, sementara kedua kaki ini masih berjuang mati-matian.
Baru sampai di parkiran tempat ujian terlihat pengawas masuk ke ruangan. Aku terduduk lemas di dekat sepeda sambil meneguk sebotol minuman. Dengan sedikit sempoyongan dan keringat bercucuran aku memasuki ruang ujian. Tak ada mata pelajaran yang bisa aku ingat… apa boleh buat…mau berbuat apa… aku hanya bisa tersenyum-senyum masih bersyukur bisa sampai tempat ujian.
            Begitu soal dibagikan aku mengerjakan sebagian kecil saja. Tak ada banyak yang diketahui, ohhh IPS. Kebetulan depanku adalah teman sekelas, Azim. Aku melampiaskan kekesalanku dengan mengganggunya dan mencorat-coret soal ujian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

hostgator coupons